Sabtu, 07 Maret 2009

Antara kesurupan, Histeria, dan Tarian Setan

Banyak hal di muka Bumi ini yang tidak dapat kita mengerti secara logika. Ada saja hal di luar nalar yang terkadang membuat kita menyelakan diri barang sebentar untuk menengoknya. Hanya menengok, bukannya meluangkan waktu untuk berpikir dua-tiga kali. Orang bilang, ini masalah gaib. Ada pula yang berkata soal spiritual. Akhir-akhir ini publik seperti digegerkan pemberitaan kesurupan masal dari berbagai media. Tanpa padang bulu, kesurupan ini mampir pada siapa saja. Pelajar sekolah menengah yang tengah menimba ilmu pun menjadi korban keganasan itu.  

"......Mereka tiba-tiba pingsan saat mengikuti upacara rutin hari Senin di halaman sekolah. Lalu berteriak-teriak histeris. Kejadian itu sempat membuat suasana sekolah heboh...."

Begitulah gambaran kesurupan yang dialami beberapa siswi SMAN 1 Ampel, Boyolali, seperti dilansir Solopos, 23 Febuari 2009 lalu.

Nampaknya roh jahat (begitu ahli spiritual menyebut penyebabnya), tidak peduli tubuh siapa yang disinggahinya. Berbeda selisih hari, Lia Ladysta, satu dari tiga personel Trio Macan ini juga mengalami nasib yang sama. Naasnya, kerasukan yang dialaminya ini terjadi saat dia tengah manggung di lapangan Pancasila, Kota Bula, Kabupaten Seram Timur, Maluku, bersama dua personil lainnya. Menurut Okezone.com, kejadian ini terjadi pada 22 Januari 2009 lalu saat mereka tengah menghibur penonton dalam rangka HUT Kabupaten Seram Timur. Mungkin saja karena goyangan pelantun tembang “SMS” ini terlalu seronok dan vulgar (diskripsi: menggeliat-liat liar), di tambah pakaian yang ‘ala kadarnya’, membuat setan-setan malah jijik melihat pertunjukan itu. Atau malah inilah yang disenangi setan hingga seorang personil mereka menampilkan: tarian setan.

“Histeria,” jawab seorang kawan kost saat saya menanyakan istilah kejiwaan untuk kesurupan ini. Kebetulan dia mengambil jurusan Psikologi. Sebelumnya, saya pribadi beranggapan kesurupan itu hal yang hanya ada di layar televisi. Akan tetapi, kejadian week end kemarin menyadarkan saya kalau: itu nyata! Seorang teman lama ‘sakit’ (lebih tepatnya kesurupan), dan dirawat di RSJ Puri Waluyo, Solo. Bersama rombongan, kami menjenguk teman lama ini. ST (disamarkan), namanya. Sedih rasanya saat melihat tubuhnya terbaring dengan ikatan di kedua tangan dan kakinya. Kesurupan yang dialaminya ini bebarengan dengan keempat anggota keluarganya lain. 

Perjalanan membawa keluarga Murti ke Solo, bukanlah perkara mudah. Sebab ST dan Rika yang nampak histeris, minta sopir Surono memacu mobil Mistubishi kuda dengan kecepatan tinggi. ”Pokoknya kalau tidak bisa berjalan di atas 100 km per jam, saya minta turun,”teriak ST sambil memukuli punggung sopir dari jok belakang. Seperti itulah keadaan ST, seperti tertulis dalam Suara Merdeka edisi Senin, 23 Febuari 2009.

Kondisi ST dan adik perempuannya yang masih labil, membuat mereka harus berdiam diri dulu di ruangan pesakitan ini. Berlainan dengan Ibu dan pamannya yang telah diperbolehkan pulang. ST mampu berbicara, tapi sepertinya itu "bukan suaranya". Saat makan pun layaknya itu bukan dia. ST yang biasanya makan lemah lembut layaknya gadis lain (dua tahun saya sekelas dengannya,hingga tahu menahu perihal ini), berubah beringas seperti tidak makan seminggu saja. Tapi uniknya, saat di minta berdoa sebelum makan, ST malah mampu melafalkan Surat Al Fatihah dengan sempurna. Luar biasa. Kadang dia tidur-tiduran seperti orang normal, akan tetapi mendadak berubah berbicara ngelantur dengan penuh emosi. Serasa ada dua roh di dalam tubuhnya. Saat seorang teman akrabnya mendekat, sekonyong-konyong penderita ngamuk hendak mengusirnya. Dia nampak ketakutan dengan sorot mata temannya itu yang nampak biru berlapis contact lens. Setelah ditenangkan seorang teman lain, ST pun sadar. Akan tetapi hal ini berulang-ulang sekitar tiga kali. Ngamuk, kemudian sadar. Seolah-olah berkepribadian ganda. 

Kesimpangsiuran penyebab kesurupan ST ini santer terdengar di kalangan kami. Mulai dari adanya orang ketiga yang sengaja ‘melukai’ gadis itu, kesurupan arwah bapaknya yang telah meninggal, sampai depresi sesaat adik perempuannya mencurahkan permasalahan yang dialaminya pada ST. Yang lebih mudah ditangkap nalar, tentunya hipotesis terakhir. 

Saya pernah membaca sebuah website Dharma Center “Bunda Mulia”, Jakarta, Indonesia, yang mengutip tulisan dari buku Kisah-Kasih Spiritual Bagian 2 - Wisnu Prakasa, "Bagaikan sebuah kendi, disaat kesurupan kita menuangkan air keluar dan disaat bermeditasi kita menambahkan air kedalam kendi. Mereka yang selalu menuangkan tanpa menambahkan akhirnya akan menjadi kendi yang kosong, sehingga tidak bermanfaat lagi bagi dirinya maupun bagi sesama." Baca di sini

Ternyata bumi ini bukan hanya di huni oleh mahluk kasat mata saja. Di luar sana terselip juga kehidupan lain yang sulit diterima akal sehat. Dokter atau psikolog boleh beranggapan ini histeria belaka. Tapi, di luar itu, siapa yang tahu? Yang jelas, kesurupan merupakan hal kecil yang bahkan sampai sekarang masih saja simpang siur diperbicarakan.

Johan Bhimo


*) Gambar diambil dari sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar