Minggu, 03 Mei 2009

Selamat jalan, Sang Periang



Pukul 21:11:06, pesan itu masuk ke ponsel saya. Berita duka. Mengabarkan berpulangnya sahabat lama. Hadyanto Catur Wasono. Saya ingat betul nama lengkapnya. Bagaimana tidak, dua tahun duduk di bangku SMA dalam kelas yang sama. Berita kematian itu sangat mengejutkan bagi saya. Malah sempat saya kirim pesan konfirmasi ulang pada Si Pengirim Pesan, menanyakan kebenaran berita ini. Dan benar, berita itu fakta.

Mungkin teman-teman saya lainnya juga akan meragukan kabar tersebut. Pasalnya, Catur berpembawaan riang dan usil. Beberapa bulan lalu, kami malah sempat hang out bareng saat menjenguk ST (baca blog: antara kesurupan, histeria, dan tarian setan) di RSJ Puri Waluyo Solo. Tentu kaget mendengar Catur telah kembali ke rahmatullah.

Lihat saja mimiknya pada foto. Catur diapit kedua teman perempuannya. Dengan wajah lucu tentunya. Dia memang selalu riang, bersemangat, dan bebas. Catur yang amat bangga akan statusnya sebagai anak seorang penjual lombok, dan Catur yang selalu riang di setiap siaran radionya dengan nama Chili Morelo. Di akhir-akhir masa sekolah, saya sempat dekat dengannya. Kami sama-sama berjuang menempuh ujian akhir. Seringkali dia nebeng motor saya sewaktu berangkat les. Kebetulan saya juga satu bimbel dengannya.

Catur memiliki pemikiran kritis yang terkadang jauh dari perkiraan rekan sebayanya. Namun dia tetap low profile, down to earth, supel, juga mudah bergaul. Ada satu pernyataan darinya mengenai saya, yang masih saya ingat sampai sekarang. “Hidup itu enak ada lika-likunya, lebih ada seninya. Nggak kayak kamu yang lurus-lurus saja...,” ucapnya dengan bahasa jawa ketika itu.
Dan saya pun meresapi kata-kata itu baik-baik. Benar, hidup itu lebih indah kalau beralur cabang. Begitu pula dengan Catur yang menyukai tantangan. Dia juga berjiwa pembaharu. Ide kreatif menggrafit tembok kelas berawal dari otaknya. Jika sebelumnya cat tembok kelas hanya berwarna putih membosankan, lain halnya dengan kelas kami yang bergrafit tulisan: Slow But Sure. Meski pada awalnya sempat ada problem dengan pihak sekolah, namun masalah itu dapat kami selesaikan pula. Slow But Sure tetap menyala di tembok kelas kami, juga dalam semangat kami.

Itulah kisah lama Catur. Si Periang yang kini telah pergi. Kini dia telah berpulang. Namun semangatnya masih membara di jiwa kami. Selamat jalan, Catur. Semoga kau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Selamat Jalan, Sang Periang...
Selamat jalan...


SRAGEN-Pulang kuliah, Hadyanto Catur W (21) Rabu (15/4) pukul 18.00 meninggal dunia, diduga akibat tebrak lari di jalan raya Sragen-Solo Km 23, tepatnya di desa Duyungan, Sidoharjo. Mahasiswa FKIP UNS Sebelas Maret jurusan Bahasa Inggris semester IV itu, mengalami luka parah di bagian kepala dan dada. (Suara Merdeka, Edisi: Jumat,17 April 2009, Hal. G)


Johan Bhimo

*) Gambar: Dok. Pribadi

4 komentar:

  1. turut berduka, bim. aku jg habis kehilangan seorang kawan yg gagal ginajl.

    BalasHapus
  2. saya turut berduka cita, semoga arwah catur mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.

    saya sangat mengerti perasaan yang kamu alami sewaktu mendapat kabar duka itu, karena saya juga pernah mengalami hal yang sama.

    waktu itu saya masih di bangku SMU, teman bermain saya meninggal dalam sebuah kecelakaan, kira2 3minggu lagi menjelang diadakannya UAN tahun 2002. seperti halnya kamu, saya juga merasa amat sangat terkejut mendapat telpon dari salah satu teman yang mengabarkan bahwa 'aji' (nama alm) telah meninggal dunia sore tadi. malah aku sempat menjawab telpon itu sambil berkata, "ahh, jangan bercandalah..." aku tidak percaya karena berita itu sontak mengagetkan aku. siang tadi di sekolah padahal aku berbicara dgnya, siang tadi di sekolah padahal aku sempat mengkritik gaya pakaiannya, siang tadi di sekolah padahal aku sempat mengejeknya...banyak yang terjadi antara aku dan 'aji' siang itu disekolah..itu yang membuatku seakan-akan tak percaya akan kejadian yang barusan menimpanya.

    memang jalan kita ke depan tidak dalam pengetahuan kita, yang kita tahu hanya menjalaninya. seperti juga kematian, hari ini kita masih bersama orang-orang dekat kita, tapi mungkin nanti kita tidak lagi bersama mereka..kalo bukan kita yang dulu pergi, ya mereka, kita sama- sama akan menghadapinya juga.

    saya jadinya bukan menghibur, tapi malahan curhat tentang hari itu.hehe.. semoga kita selalu bisa mengenang setiap detik yang terjadi bersama orang-orang terbaik yang kita miliki sewaktu mereka ada bersama kita.


    -asd-

    BalasHapus
  3. @Haris,Shinta,Eko HM: Terima kasih..
    -jbs-

    BalasHapus